Download this Blogger Template by Clicking Here!

Ad 468 X 60

Sabtu, 05 Oktober 2013

Widgets

A.D. Pirous

Abdul Djalil Pirous, demikian nama lengkapnya. Lahir di Meulaboh, Nanggroe Aceh Darussalam pada 11 Maret 1932. Tahun 1955 belajar seni rupa di Universitas Indonesia cabang Bandung (kini ITB), lulus 1964 dan langsung menjadi pengajar disana. Pada 1969 Pirous belajar seni barat dan grafis di Rochester Intitute of Technology New York, Amerika Serikat.

Justru di negeri Paman Sam inilah jiwanya kembali terpanggil untuk menulis dan menekuni kaligrafi Arab, seni warisan ribuan tahun dari peradaban agamanya yang agung. Panggilan itu muncul saat tahun 1970, dia menyaksikan kaligrafi klasik Timur Tengah dipamerkan di Museum New York Sebelum tahun 70-an, seni lukis kaligrafi masih sangat asing di Indonesia. Tulisan kaligrafi Arab masih terbatas pada komposisi huruf untuk ayat suci atau hadits nabi.

Huruf-huruf Arab 'eklektik' dan warna-warna 'abstrak' belum banyak digunakan, apalagi menyisipkan mimitasi (visualisasi makhluk hidup) pada kaligrafi, 'makruh' atau bahkan 'haram'. Namun tradisi itu pudar, saat seorang seniman yang juga dosen seni rupa Institut Teknlogi Bandung (ITB) menyuguhkan karya kaligrafi dengan huruf Arab eklektik kaya nuansa dan warna.

Pameran kaligrafi tersebut diadakan di Chase Manhattan Bank Jakarta pada 1972 dan pelukisnya dikenal dengan nama, A.D. Pirous.

A.D. Pirous dikenal dengan karya-karyanya yang bernafaskan islami. Pengungkapannya dalam lukisan lewat konstruksi struktur bidang-bidang dengan latar belakang warna yang memancarkan berbagai karakter imajinatif.

Dengan prinsip penyusunan itu, pelukis ini sangat kuat sensibilitasnya terhadap komposisi dan pemahaman yang dalam berbagai karakter warna. Nafas spiritual suatu ketika muncul dalam imaji warna yang terang, saat yang lain bisa dalam warna redup yang syahdu, sesuatu juga bisa muncul dalam kekayaan warna yang menggetarkan.

Sentuhan ragam hias etnis Aceh, yang memuat ornament-ornamen atau motif Buraq, juga memberikan nafas sosiokultural yang islami dalam lukisannya. Sebagai puncak kunci nafas spiritual itu, adalah aksentuasi kaligrafi Arab yang melafaskan ayat-ayat Suci Al Qur'an.

Dalam lukisan “Beratapkan Langit dan Bumi Amparan(QS. Al Baqarah:22), 1990 ini, Pirous juga menghadirkan spiritualitas yang menyentuh. Latar belakang biru ultramarine membawa imaji tentang kedalaman kosmos yang tak terhingga. Di atas, menyembul bagian dari potongan-potongan bidang oker
yang mencitrakan suatu massa langit.

Di bawah dua bidang putih dengan kaligrafi Al Qur'an tegak menjadi pondasi yang kokoh untuk citra bumi. Di antara imaji antara langit dan bumi itu suatu garis putih yang serupa cahaya membelah vertikal melewati kedalaman kosmos.

Dengan berbagai karakter yang dapat dibaca lewat fenomena tekstual tersebut, maka garis yang serupa cahaya itu, dapat ditafsirkan sebagai cahaya keilahian yang  menghubungkan langit dan bumi.

Dalam lukisan-lukisan yang lain, pelukis ini sering membangun suasana alam untuk memberikan latar belakang yang kuat yang berhubungan dengan ayat-ayat Al Qur'an dalam lukisannya. Lewat penyusunan bidang-bidang, ruang, dan warna-warna tertentu, suasana dalam lukisan dapat memantulkan senja yang temaram, pagi yang jernih, ataupun malam yang syahdu.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Pirous juga berhasil mengembangkan seni lukis abstrak yang simbolis. Semua eksploitasi ide, medium, dan teknis tersebut akhirnya tidak hanya sekedar menempatkan Pirous sebagai pelukis kaligrafi yang handal, tetapi lebih jauh lagi mempertegas pencapaiannya sebagai pelukis spiritual islami.

SHARE THIS POST   

  • Facebook
  • Twitter
  • Myspace
  • Google Buzz
  • Reddit
  • Stumnleupon
  • Delicious
  • Digg
  • Technorati
Author: Mohammad
Mohammad is the founder of STC Network which offers Web Services and Online Business Solutions to clients around the globe. Read More →

0 komentar: