Sabtu, 05 Oktober 2013
Hendrik Hermanus Joel Ngantung
Hendrik Hermanus Joel Ngantung
Nama Lengkap : Hendrik Hermanus Joel Ngantung
Alias : Henk Ngantung
Profesi : -
Tempat Lahir : Manado, Sulawesi Utara
Tanggal Lahir : Selasa, 1 Maret 1921
Zodiac : Pisces
Warga Negara : Indonesia
Istri : Evie Ngantung
Alias : Henk Ngantung
Profesi : -
Tempat Lahir : Manado, Sulawesi Utara
Tanggal Lahir : Selasa, 1 Maret 1921
Zodiac : Pisces
Warga Negara : Indonesia
Istri : Evie Ngantung
BIOGRAFI
Hendrik Hermanus Joel Ngantung atau yang lebih dikenal dengan nama
Henk Ngantung adalah seorang pelukis Indonesia dan Gubernur Jakarta
untuk periode 1964-1965. Henk merupakan seorang pelukis dan budayawan
dari organisasi Lekra yang pada saat itu berafiliasi ke PKI. Sebagai
pengurus Lekra ia juga memprakarsai berdirinya Sanggar Gotong Royong.
Sebelum menjadi Gubernur Jakarta, Henk dikenal sebagai pelukis. Bersama Chairil Anwar dan Asrul Sani, ia ikut mendirikan "Gelanggang". Henk juga pernah menjadi pengurus Lembaga Persahabatan Indonesia-Tiongkok 1955-1958. Henk di angkat sebagai Gubernur Jakarta pada tahun 1964, ia dianggap memiliki bakat artistik sehingga diharapkan mampu untuk menjadikan Jakarta sebagai kota budaya.
Setelah tidak menjabat, Henk mengalami krisis finansial yang cukup parah sehingga ia harus menjual rumahnya di pusat kota dan kemudian pindah ke perkampungan. Meski demikian, kesetiaan Henk melukis terus berlanjut meski dia digerogoti penyakit jantung dan glaukoma yang membuat mata kanan buta dan mata kiri hanya berfungsi 30 persen. Pada akhir 1980-an, dia melukis dengan wajah nyaris melekat di kanvas dan harus dibantu kaca pembesar. Sebulan sebelum wafat, saat ia dalam keadaan sakit-sakitan, pengusaha Ciputra memberanikan diri mensponsori pameran pertama dan terakhir Henk.
Karya-karya Henk yang masih bisa dinikmati khalayak seperti Dia juga pembuat sketsa Tugu Tani sebelum bangunan monumen di Jalan Ridwan Rais itu berdiri. Karya terakhir Henk adalah sebuah lukisan berjudul Ibu dan Anak.
Oleh: Feronika
Sebelum menjadi Gubernur Jakarta, Henk dikenal sebagai pelukis. Bersama Chairil Anwar dan Asrul Sani, ia ikut mendirikan "Gelanggang". Henk juga pernah menjadi pengurus Lembaga Persahabatan Indonesia-Tiongkok 1955-1958. Henk di angkat sebagai Gubernur Jakarta pada tahun 1964, ia dianggap memiliki bakat artistik sehingga diharapkan mampu untuk menjadikan Jakarta sebagai kota budaya.
Setelah tidak menjabat, Henk mengalami krisis finansial yang cukup parah sehingga ia harus menjual rumahnya di pusat kota dan kemudian pindah ke perkampungan. Meski demikian, kesetiaan Henk melukis terus berlanjut meski dia digerogoti penyakit jantung dan glaukoma yang membuat mata kanan buta dan mata kiri hanya berfungsi 30 persen. Pada akhir 1980-an, dia melukis dengan wajah nyaris melekat di kanvas dan harus dibantu kaca pembesar. Sebulan sebelum wafat, saat ia dalam keadaan sakit-sakitan, pengusaha Ciputra memberanikan diri mensponsori pameran pertama dan terakhir Henk.
Karya-karya Henk yang masih bisa dinikmati khalayak seperti Dia juga pembuat sketsa Tugu Tani sebelum bangunan monumen di Jalan Ridwan Rais itu berdiri. Karya terakhir Henk adalah sebuah lukisan berjudul Ibu dan Anak.
Oleh: Feronika
KARIR
- Wakil Sekjen Lekra,
- Wakil Gubernur DKI Jakarta (1960-1964),
- Gubernur DKI Jakarta (1964-1965)
- Pelukis
PENGHARGAAN
- Lukisannya yang bejudul ‘Digiring Ke Kandang, mendapat Hadiah karya lukisan terbaik dari Keimin Bunka Sidosho (1942)
Author: Mohammad
Mohammad is the founder of STC Network which offers Web Services and Online Business Solutions to clients around the globe. Read More →
Related Posts:
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar: